Sabtu, 21 Februari 2015

DETERMINASI SEKS

DETERMINASI SEKS (PROSES PENENTUAN JENIS KELAMIN) Tipe Penentuan Jenis Kelamin Sebagian besar mekanisme penentuan (determinasi) seks/jenis kelamin brada di bawah kendali genetik dan dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu ketegori berikut: a.Jantan heterogamet Pada manusia dan kebanyakan mamalia, adanya kromosom Y menentukan suatu kecenderungan kepada sifat jantan. Jantan normal secara kromosomal adalah XY dan betina XX. Hal ini menghasilkan rasio seks 1:1 pada setiap generasi. Karena jantan menghasilkan menghasilkan dua buah gamet, maka dikatakan berkelamin heterogamet. Sedangkan betina hanya menghasilkan satu macam gamet, sehingga disebut homogamet. Cara penentuan seks ini umumnya dinyatakan sebagai metode XY. Contoh XY pada penentuan seks Pada beberapa jenis serangga, terutama ordo Hemiptera (kepik sejati) dan Orthoptera (belalang), hewan jantannya juga heterogamet. Tetapi menhasilkan sperma yang menyandang X, atau gamet tanpa kromosom seks. Pada hewan jantan spesies ini, kromosom X tidak mempunyai pasangan homolog karena tidak adanya kromosom Y. Jadi komplemen kromosom hewan jantan memperlihatkan jumlah ganjil. Adanya satu-X menentukan sifat jantan dan dua-X menentukan sifat betina. Bila kromosom X tunggal selalu terkandung dalam salah satu dari dua tipe gamet yang dibentuk pada hewan jantan, suatu rasio kelamin 1:1 akan dihasilkan pada keturunannya. Metode penurunan seks seperti ini biasa disebut sebagai metode XO, simbol O menyatakan tidak adanya kromosom yang analog dengan Y pada sistem XY. Metode XO pada penentuan seks: b.Betina heterogamet Metode penentuan seks ini ditemukan pada golongan hewan yang secara komparatif besar, termasuk kupu-kupu, gegat, kepik air, ulat sutra dan pada beberapa burung dan ikan. Adanya satu-X dan dua-X pada spesies-spesies ini berturut-turut menentukan sifat betina dan sifat jantan. Hewan betina beberapa spesies (misalnya ayam domestik) mempunyai kromosom yang mirip dengan kromosom Y pada manusia. Kromosomnya diberikan lambang Z dan W berturut-turut untuk menggantikan X dan Y. Metode ZO pada penentuan seks Metode ZW pada penentuan seks Kromosom W pada ayam bukan merupakan unsur penentu jenis kelamin betina yang kuat. c.Tipe Ploidi Beberapa serangga dapat melakukan partenogenesis, artinya dari sel telur dapat terbentuk makhluk baru tanpa didahului oleh pembuahan oleh spermatozoa. Contohnya lebah madu (Apis sp.) Jelaslah bahwa penentuan jenis kelamin pada lebah madu tidak dipengaruhi oleh kromosom kelamin pada makhluk lainnya, melainkan oleh sifat ploidi dari makhluknya. Lebah yang diploid (2n) adalah betina, sedangkan yang haploid (n) adalah jantan. Determinasi Seks pada Drosophila Sejak awal abad ini lalat Drosophila banyak digunakan dalam penelitian Genetika karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: a.Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana. b.Mempunyai siklus hidup pendek (kira-kira 2 minggu), sehingga dalam 1 tahun dapat diperoleh 25 generasi. c.Memiliki tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan. Lalat betina lebih besar daripada yang jantan, ujung abdomen meruncing dan pada abdomen terdapat garis-garis hitam melintang. Lalat jantan lebih kecil, ujung abdomen tumpul berwarna kehitam-hitaman dan pada abdomen terdapat sedikit garis-garis hitam melintang. Ekstremitas (kaki) depan dari lalt jantan memilki sisir kelamin (“sex comb”), tapi lalat betina tidak memilikinya. d.Hanya mempunyai 8 kromosom saja, sehingga mudah menghitungnya. Delapan buah kromosom yang terdapat di dalam inti sel itu dibedakan atas: -Enam buah kromosom (atau tiga pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya sama dan karena itu disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat A. -Dua buah kromosom (atau 1 pasang) yang disebut kromosom kelamin (seks kromosom) sebab anggota dari sepasang kromosom ini tak sama bentuknya pada lalat betina dan jantan. Kromosom kelamin dibedakan atas: 1.Kromosom-X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 buah kromosom-X. 2.Kromosom-Y yang lebih pendek daripada kromosom-X dan ujungnya sedikit membengkok. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom-X dan sebuah dan sebuah kromosom-Y. Lalat betina normal tidak memiliki kromosom-Y. Karena lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis (yaitu 2 kromosom-X), maka lalat betina dikatakan bersifat homogametik. Lalat jantan bersifat heterogametik, karena memiliki kromosom-X dan kromosom-Y. Berhubung dengan itu formula kromosom untuk lalat Drosophila adalah: -Lalat betina = AAXX -Lalat jantan = AAXY Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu mavcam sel telur haploid (AX). Lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa, yaitu yang membawa kromosom-X (AX) dan yang membawa kromosom-Y (AY). Apabila spermatozoa pembawa kromosom-X membuahi ovum (AX) terjadilah anak lalat betina (AAXX), sedangkan bila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi ovum terjadilah anak lalat jantan (AAXY). Kadang-kadang di waktu meiosis selama pembentukan sel-sel kelamin, sepasang kromosom kelamin tidak memisah diri, melainkan tetap berkumpul. Peristiwa tidak memisahnya sepasang kromosom selama pembelahan sel dinamakan gagal memisah (“nondisjunction”) itu berlangsung selama oogenesis, maka terbentuklah 2 macam ovum, yaitu sebuah ovum yang memiliki dua kromosom-X dan sebuah ovum lainnya yang hanya mengandung autosom saja tanpa kromosom-X. Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai macam kelainan dalam keturunan, yaitu: a.Lalat betina super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa yang membawa kromosom-X membuahi sel telur yang mempunyai dua kromosom-X. Lalat ini tidak sempurna pertumbuhannya, sangat leamh dan hidup tidak lama. b.Lalat AAXXY, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur yang mempunyai 2 kromosom-X. Lalat ini betina subur, tak ada bedanya dengan lalat betina biasa. Berarti bahwa kromosom-Y pada Drosophila tidak memberi pengaruh pada seks. c.Lalat AAXO, yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom-X membuahi sel telur tanpa kromosom-X. Lalat ini jantan dan steril. Sebaliknya, manusia XO adalah perempuan steril. Tetapi tikus XO adalah betina fertil. Drosophila YO tidak dikenal, sebab bila spermatozoa pembawa kromosom-Y membuahi sel telur tanpa kromosom-X akan berakibat letal. Di samping itu, masih dikenal beberapa kelainan lainnya pada Drosophila, misalnya: a.Lalat ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separoh bersifat betina dan separoh lainnya jantan, dengan batas yang tegas. Berhubung dengan itu lalat ini tidak dapat diberikan formula kromosomnya. Ginandromorf juga terjadi cacing sutra dan lebah. Terjadinya ginandromorfisme pada vertebrata sulit untuk dideteksi karena tergantung dari resiko dan perbedaan yang ditimbulkan karena faktor ginandromorfisme dan interaksi antar efek hormon seksual. b.Lalat interseks (AAAXX), yaitu lalat yang merupakan campuran antara lalat betina dan jantan, triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosom-X, steril. Lalat ini kini lazim disebut lalat interseks triploid setelah Bridges berhasil membuat berbagai macam drosophila tetraploid seperti betina tetraploid (AAAAXXXX), interseks tertraploid (AAAAXXX), jantan super tetraploid (AAAAX). c.Lalat jantan super (AAAXY) ialah lalat jantan triploid untuk autosomnya. Seperti halnya dengan lalat betina super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril, sangat lemah dan hidup tak lama. d.Lalat dengan kromosom-X melekat pada salah satu ujungnya (“attached-X chromosomes”). Lalat ini mempunyai fenotip seperti lalat betina normal, tetapi bila diperiksa secara mikroskopis maka inti selnya mengandung sepasang kromosom-X yang saling melekat pada salah satu ujungnya dan ditambah dengan adanya kromosom Y. Berhubung dengan itu lalat Drosophila dengan “attached-X chromosomes” mempunyai formula AAXXY. Teori Keseimbangan Tentang Seks Setelah mengetahui adanya berbagai macam kelainan kromosom yang berpengaruh pada fenotip lalat Drosophila, maka Bridges mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.Seks lalat Drosophila tidak semata-mata tergantung dari hadirnya kromosom-X dan kromosom-Y, melainkan lebih tepat kalau dikatakan ditentukan oleh indeks kelamin, yaitu perbandingan antara banyaknya kromosom-X terhadap benyaknya set/stel autosom (disingkat dengan X/A). Teori ini dikenal dengan nama teori keseimbangan tentang seks dari Bridges. Formula kromosom Indeks Kelamin X/A Seks AAXXX AAXX AAAXX AAXY AAAXY 3/2 = 1,50 2/2 = 1,00 2/3 = 0,67 ½ = 0,50 1/3 = 0,33 Betina super Betina Interseks Jantan Jantan super Dapat diketahui bahwa lalat betina mempunyai indeks kelamin 1, lalat jantan 0,5, antara kedua nilai ini adalah lalat interseks, kurang dari 0,5 adalah lalat jantan super, sedangkan lebih dari 1 betina super. 2.Gen-gen yang menentukan jantan rupa-rupanya dibawa oleh autosom. Sedangkan gen-gen yang menentukan betina dibawa oleh kromosom-X. 3.Kromosom-Y lebih banyak mengatur fertilisasi pada lalat jantan. Karena itu lalat AAXY adalah jantan yang dapat membentuk spermatozoa. Kromosom-Y tidak mempunyai pengaruh pada lalat AAXXY dan berdasarkan indeks kelaminnya 1,00, maka lalat ini betina. 4.Indeks kelamin (X/A) > 1,00 atau < 0,50 menghasilkan kelainan pada Drosophila (betina super dan jantan super) 5.Indeks kelamin < 1,00 tetapi > 0,50 menghasilkan lalat antara betina dan jantan (interseks). Heteropiknosis Seks Kromosom dan Vesikel Seks Selama proses meiosis, pasangan XY tertanam dalam vesikel seks pada kebanyakan mamalia. Vesikel ini muncul selama fase zygonema dan pakinema, yang pada saat itu kromosom XY tidak heteropiknotik. Pada akhir fase profase, XY yang bivalen menjadi heteropiknosis lagi. Sebab adanya vesikel seks pada seks kromosom tikus, mempengaruhi formasi nukleolus (misal: vesikel seks berisi nukleolar organizer). Pada kasus ini vesikel memiliki dua zona: (1) zone kromatin, berbentuk oval dan menempel pada membran nuklear dan (2) daerah memiliki RNA/zona nucleolar yang memiliki warna abu-abu. Kromatin ini tipis, terdiri atas kumparan DNA mikrofibril dan memiliki beberapa filamen. Zone nukleolar berisi RNA yang feulgen negatif. Pada titik tengah zona tersebut terdapat bagian yang padat di sekeliling tepinya. Selebihnya adalah struktur seperti spon terbuat dari granula kurang lebih sebesar 15 nm. Seks vesikel pada manusia tidak mengandung RNA dan zona nucleolar pun tidak ada. Sistem Neo-XY pada Determinasi Seks Selain penentuan jenis kelamin dengan kromosom XY, di beberapa spesies memiliki tipe determinasi seks menurut sistem neo-XY. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 16-5, sistem ini muncul dari patahan kromosom X, yang diikuti dengan fusi (penyatuan) fragmen utama ke sebuah autosom. Penyatuan ini membentuk kromosom neo-X. Pada meiosis, terbentuk pasangan autosom lain yang disebut kromosom neo-Y dan membentuk sel kelamin jantan. Terdapat bukti bahwa kromosom neo-Y berangsur-angsur menjadi heterokromatin. Kejadian ini dibuktikan dengan radioautografi dengan H-thymidin untuk melihat kromosom X, dan kromosom neo-Y bereplikasi pada periode sintesis. Diferensiasi Seks Meskipun determinasi seks paling pertama terbentuk pada fertilisasi embrio. Meskipun demikian, didapati bahwa kepastian karateristik kelamin memiliki mekanisme yang lebih kompleks. Faktor epigenik (misalnya: hormonal) sangat mungkin mengontrol determinasi genetik selama perkembangan, sehingga menuju perubahan fenotip kelamin. Kondisi biseksual juga ditemukan diantara hewan vertebrata. Contoh: amfibi jantan memiliki ovarium rudimenter (Bidder’organ) dan vestigial oviduct. Pada embrio manusia sampai minggu keenam, gonad dan saluran primordial urogenital identik antara laki-laki dan wanita. Pada tahap ini, gonad telah diinvasi oleh sel germinal XX atau XY. Gonad berdiferensiasi menjadi testis pada minggu ke-7, sedangkan gonad betina berdiferensiasi antara minggu ke-8 dan ke-9 dari perkembangannya di dalam kandungan. Faktor epigenetik yang penting pada masa diferensiasi adalah produksi androgen oleh sel somatik pada embrio gonad jantan, sedangkan pada betina/wanita produksinya sangat kurang. Pengaturan androgen kepada ibunya pada waktu ini mungkin diproduksi untuk diferensiasi genital menjadi jantan (feminnine psoudhermaphroditism). Diferensiasi gonad pada manusia laki-laki kemungkinan bergantung pada produksi hormon lokal berhubungan dengan kehadiran kromosom Y. Hormon ini mempercepat perkembangan testi, sedangkan pada wanita ketidakhadiran hormon menyebabkan perlambatan perkembangan ovarium. Seks Kromatin Tahun 1940, Barr dari University of Western Ontario, USA dalam peneylidikannya dapat menemukan adanya suatu badan kromatin di dalam sel-sel saraf kucing betina, tetapi tida pada kucing jantan. Penyelidikan itu dilanjutkan pada manusia dengan memeriksa sel-sel epitel tunika mukosa mulut (selaput lendir mulut) di bagian dalam dari pipi dan juga sel-sel darah putih (leukosit. Inti dari sel-sel selaput lendir mulut dari orang perempuan mengandung sebuah badan kromatin pula dan bentuknya bulat. Sementara orang laki-laki tidak memilikinya. Juga sel leukosit pada orang perempuan memperlihatkan adanya badan kromatin, tetapi berbentuk khas yaitu sebagai pemukul genderang, maka dalam bahasa inggris dinamakan “drumstick”. Oleh karena ada atau tidak adanya badan kromatin itu ada hubungannya dengan perbedaan jenis kelamin, maka badan kromatin itu disebut kromatin kelamin atau seks kromatin atau juga “Badan Barr”. Karena orang perempuan memiliki seks kromatin, maka dikatakan bersifat seks kromatin positif. Orang laki-laki dikatakan bersifat seks kromatin negatif. Hipotesis Lyon, muncul sebagai bentuk jawaban dari apa yang menyusun seks kromatin sesungguhnya. Lyon berhipotesis bahwa seks kromatin itu terdiri dari salah satu dari 2 buah kromosom-X yang terdapat di dalam inti sel tubuh wanita. Berhubung dengan itu apabila sebuah sel tidak mengalami mitosis, maka substansi dari satu kromosom-X dalam keadaan kurang, sehingga tidak tampak. Kromosom-X yang satunya tetap dalam keadaan kompak sehingga dapat menghisap zat warna banyak dan dapat dikenal sebagai seks kromatin. Dikatakan pula bahwa gen-gen di dalam kromosom-X yang substansinya berkurang adalah aktif memberikan pengaruh pada fenotip. Gen-gen yang terdapat dalam kromosom-X yang kompak yang membentuk seks kromatin adalah non aktif. Berdasarkan hipotes Lyon yang menyatakan seks kromatin adalah sebuah kromosom-X yang nonaktif, maka mudah dimengerti bahwa pada orang normal, banyaknya seks kromatin dalam sebuah sel adalah sama dengan jumlah kromosom-X dikurangi dengan satu. Jadi perempuan normal mempunyai dua kromosom-X, maka ia memiliki sebuah seks kromatin, sehingga bersifat seks kromatin positif. Sebaliknya laki-laki hanya memiliki sebuah kromosom-X saja, maka ia tidak mempunyai seks kromatin sehingga bersifat seks kromatin negatif. Dengan demikian, individu XO adalah wanita yang tidak mempunyai seks kromatin, maka manusia XXY adalah pria yang memiliki satu seks kromatin, XXXX adalah wanita dengan tiga seks kromatin. Fakta bahwa X yang non-aktif muncul sebagai penyakit pada manusia yang terpaut pada kromosom X. Penyakit ini disebut Lesch-Nyhan syndrom, adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami defisiensi salah satu enzim untuk metabolisme purin (hipoxsanthine-guanine phosphoribosly transferase). Enzim ini memproduksi perlambatan mental dan meningkatkan level asam uric sebagai hasil mutasi kromosom-X yang resesif. Hubungan Seks Kromatin dengan Ratio Seks dan Kematian Tes seks kromatin juga dilakukan untuk mengetahui jumlah wanita terhadap pria (ratio seks) sejak konsepsi. Hasil penelitian berdasarkan tes seks kromatin menunjukkan bahwa lebih banyak terjadi konsepsi laki-laki dibandingkan dengan perempuan, tetapi lebih banyak fetus laki-laki yang mengalami abortus spontan. Contohnya: 106 laki-laki dilahirkan untuk 100 perempuan. Tetapi pada usia 20 tahun, rasio itu berkurang menjadi 100 laki-laki terhadap 100 perempuan, sedang pada usia 85 tahun ratio itu berubah menjadi 62 laki-laki terhadap 100 perempuan. Angka kematian yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan permpuan diduga disebabkan karena 2 buah kromosom-X pada wanita itu menyediakan lebih banyak keuntungan untuk bertahan dibandingkan dengan sebuah kromosom-X pada laki-laki. Rangkai Kelamin Gen rangkai kelamin dibawa oleh kromosom seks tetapi tidak telibat dalam penentuan jenis kelamin. Rangkai kelamin pada Drosophila menunjukkan ketika betina homozigot bermata merah (dominan) disilangkan dengan jantan bermata putih (resesif). Individu F1 yang dihasilkan adalah semuanya bermata merah, tetapi ketika persilangan terjadi antara betina bermata putih dan betina bermata merah dari generasi F1 ternyata anakannya adalah jantan yang bermata putih. Eksperimen tersebut menunjukkan bahwa gen mata merah dibawa oleh kromosom X, bukan oleh kromosom Y. Organisme dengan sistem determinasi seks XY, gen menunjukkan diferensial sekgem dari X dan Y. Gen tersebut bukanlah alel dan kromosomny nonhomolog. Mereka benar-benar terpaut dan tidak terjadi crossing over di dalamnya. Ada 3 jenis pautan seks yaitu: (1) gen yang terpaut pada kromosom-X Yaitu gen yang terlokalisasi pada X yang nonhomolog dan dan bukan alel Y. Pada manusia muncul sebagai daltonisme (buta warna merah-hijau) dan hemofilia yang terpaut pada kromosom-X. Sejumlah 8% dari laki-laki mengalami daltonisme, sedangkan pada wanita hanya ditemukan 0,5% dari jumlah wanita. Belakangan kedua kromosom X berubah pada lokus yang sama. Hemofilia (kegagalan pada pembekuan darah) diwariskan sebagai pautan seks yang resesif. Perempuan sangat jarang terkena hemofilia. Beberapa kasus yang terjadi adalah ayah yang hemofilia dan ibunya merupkan adalah karier hemofilia. Gen yang terpaut pada kromosom X juga bisa berupa keabnormalan pada manusia, yaitu: Ichthyosis, Myopia, Gower’s Muscular Athrophy, dan sebagainya. (2) gen yang terpaut pada kromosom-Y, Yaitu gen yang terlokalosasi pada Y yang nonhomolag dan bukan alel-Y. Gen-gen pada kromosom Y yang nonhomolog langsung diwariskan dari ayah ke putranya. Contoh, ichthyosis hystrix gravis dan penyakit lainnya ditemukan pada laki-laki. (3) gen yang terpaut pada kromosom XY, Yaitu gen yang terlokalisasi pada segmen kromosom yang homolog pada X dan Y (disebut juga pautan yang tidak lengkap). Gen-gen tersebut diwariskan sebagai gen-gen autosom. Mereka secara parsial terpaut pada seks. Terdapat beberapa variasi kelainan, diantaranya buta warna total dan gangguan kulit (xeroderma pigmentosum dan epidermolysis bullosa), retinitis pigmentosa, spastic paraplegia dan penyakit lain Sitogenetik Manusia Sitogenetik merupakan ilmu yang berkembang dari ilmu pengetahuan sitologi dan genetika. Ilmu ini mempelajari perilaku kromosom-kromosom selama mitosis dan meiosis, hubungan kromosom dengan transmisi dan rekomendasi dari gen-gen, dan mempelajari penyebab serta akibat perubahan struktur dan jumlah kromosom. Salah satu contoh tehnik yang dikembangkan adalah kultur cairan amniotik yang dipakai untuk diagnosis kromosom. Misalnya: untuk mengetahui analisis abnormalitas anak-anak yang baru lahir. Karyotipe Manusia Normal Pada orang normal, formula kromosom untuk wanita dan pria dapat dituliskan 46,XX untuk wanita dan 46,XY untuk pria. Gambar karyotipe pada manusia normal ditunjukkan pada gambar di bawah ini: Di samping itu, berdasarkan posisi sentomer makan kromosom dikelompokkan menjadi metasentris, submetasentris, dan akrosentris. Karateristik kromosom kariyotipe manusia ditunjukkan dalam tabel di bawah ini menuru Denver dan London Report. Denver Report London Report Description Golongan 1-3 Golongan 1-3 (A) Kromosom yang besar dengan sentromer yang berada di tengah-tengah: 1, 2 dan 3 biasanya bisa diidentifikasi secara morfoogi Golongan 4-5 Golongan 4-5 (B) Kromosom submetasentris yang besar Golongan 6-12 Golongan X. 6-12 (C) Kromoso submetasentris ukuran sedang Golongan 13-15 Golongan 13-14 (D) Kromosom akrosentris yang besar Golongan 16-18 Golongan 16-18 (E) No.16 adalah metasentris; no. 17-18 adalah kromosom submetasentris yang kecil Golongan 19-20 Golongan 19-20 (F) Kromosom metasentris kecil Golongan 21-22 Golongan 21-22 + Y (G) Kromosom akrosentris pendek (kromosom Y termasuk dalam golongan ini, tapi tidak memiliki satelit, ini ditentukan berdasarkan ukuran dan bisa juga dikenali secara morfologi) Kromosom seks Y X 1. Abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom 21-trisomy (mongolisme). Individu ini mengalami keterbelakangan mental, pendek, mempunya lipatan-lipatan mata menyerupai bangsa mongol, mempunyai jari-jari pendek gemuk, lidah yang membengkak dan sistem saraf yang tidak sempurna. Pada kondisi bayi terlahir kembar, hanya satu saja yang mengalami kelainan ini. Ditemukan bahwa mongoloid memiliki kromosom ekstra pada pasangan 21 berupa trisomik. Kelainan ini disebabkan oleh nondisjunction pada pasangan 21 ketika meiosis. Pada kasus lain ditemukan bahwa kromosom ekstra ini menempel pada autosom (mengalami translokasi), biasanya pada pasangan 22. Fenotip mongoloid sejak kelahiran dengan ciri-ciri: memiliki ciri-ciri seperti bulan dengan kemiringan yang nyata, jarak yang jauh antara kedua mata dan lipatan kulit (epichantus) pada bagian dalam dari mata. Hidungya pesek, telinganya tidak sempurna bentuknya, mulut selalu terbuka dan lidah yang mencuat keluar. Presentasinya adalah 0,1% pada kelahiran dan mongolisme karena translokasi terjadi 3 atau 4% saja dari kasus mongolisme. Analisis karyotipe dilakukan untuk mengetahui penyakit ini. Maka orang tua harus waspada karena penyakit ini semakin tinggi resiko terjadinya pada usia ibu yang hamil di atas 35 tahun. Di samping itu, bisa terjadi pada saudara dari anak-anak yang normal ataupun pada generasi selanjutnya dan tidak dapat ditentukan. 21-monosomi. Kehilangan salah satu kromosom pada pasangan 21 rupanya letal. Anak yang lahir dengan kondisi ini beberapa kasus memiliki ciri yang belawanan dengan mongolisme. Hidungnya menonjol, jarak antara kedua mata lebih pendek dari jarak normal, telinga yang besar dan kejang otot. 18-trisomi. Anak yang mengalami kelainan ini kecil dan lemah, kepala agak pipih di bagian lateral, lilitan/alur telinga tidak berkembang. Tangannya pendek dan menunjukkan perkembangan yang kecil dari tulang jari kedua, digital imprints (pengelihatan) lebih simpel. Anak ini mengalami keterbelakangan mental dan biasanya mati sebelum umur satu tahun. 18-monosomi. Ini merupakan sindrom berlawanan dengan terjadinya kehilangan pasangan kromosom. Telinganya memiliki banyak relief, jari panjang, pengelihatan kompleks dan kacau balau. 13-trisomi. Bentuk tubuh yang tidak sempurna dan keterbelakangan mental karateristiknya seperti Patau’s syndrome, yaitu terjadi trisomi pada kromosom ke-13. Kepala kecil dan matanya kecil bahkan tidak ada. Bibir sumbing, palatum yang terbelah dan seringkali bentuk otak tidak sempurna. Demikian juga dengan organ internalnya, sehingga dalam banyak kasus segera meninggal tidak lama setelah kelahiran. Meiosis disjunction diduga menjadi penyebab dari kelainan kromosomal ini. 2. Abnormalitas akibat perubahan struktur kromosom Abnormalitas ini berupa: a. Delesi (defisiensi) pada manusia ialah peristiwa hilangnya sebagian dari sebuah kromosom kerena kromosom itu patah. Potongan tersebut tidak memiliki sentromer. Delesi yang peling dikenal adalah Cri du Chat (“Cat Cry”). Frekuensinya masih 1:100.000 kelahiran. Tanda-tanda lain yang dapat dilihat penderita ialah kepala kecil (mikrosefalus), muka lebar, hidung seperti pelana, kedua mata berjauhan letaknya, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, memperlihatkan gangguan mental, IQ rendah (20-40). Penderita biasanya meninggal di waktu masih bayi atau diwaktu kanak-kanak. Penderita tidak mewariskan kromoson yang mengalami defisiensi itu kepada keturunannya. Akan tetapi kadang-kadang potongan dari autosom no.5 mengadakan translokasi dengan autosom no.15. b. Duplikasi adalah peristiwa suatu bagian dari sebuah kromosom memiliki gen-gen yang berulang. Duplikasi ini bersangkutan dengan translokasi dn duplikasi selalui disertai dengan terbentuknya kromosom defisiensi. Pasien yang memiliki duplikasi pada sebagian dari autosom no.6. Bayi itu cepat sekali sekali meninggal dunia sehingga belum sempat diperiksa mengenai fenotipnya. c. Inversi adalah peristiwa bahwa suatu bagian dari sebuh kromosom memiliki ukuran terbalik. Untuk terjadinya inversi, kromosom harus patah di dua tempat, yang kemudian dilanjutkan dengan menempelnya kembali bagian yang patah itu tetapi keadaan terbalik. d. Kromosom cincin (ring chromosome) ialah sebuah kromosom yang mengalami patah di dua tempat secara perisentris. Setelah bagian yang patah itu lepas, bagian kromosom itu melekuk membulat dan ujung-ujungnya yang luka itu saling melekat. Jika kromosom cincin muncul maka menyebabkan catat mental dan fisik. Kromosom cincin pernah dijumpai pada autosom no.5, 13,18 dan 21 atau 22. e. Hermafroditisme - Hermaproditisme sejati adalah keadaan bahwa suatu individu mempunyai jaringan testis maupun jaringan ovarium. Untuk menentukannya harus dilakukan pemeriksaan kromosom kelaminnya serta ada/tidaknya seks kromatin. Sebuah studi dari 108 kasus hermafroditismus sejadi didapatkan 59 individu 46,XX, 21individu 46,XY dan 28 individu mosaik (46,XX/46XY). Berdasarkan penemuan itu tentunya ada yang seks kromatin positif dan ada yang negatif. - Pseudohermafroditisme merupakan kondisi individu yang memiliki satu jaringan gonad yaitu testis atau ovarium, tetapi rudimenter (salah satu jaringan gonad tidak sempurna). 3. Kelainan kromosom seks Kondisi ini terjadi akibat kelebihan jumlah kromosom kelamin. Jenis kelainan kromosom kelamin dan frekuensi di tunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel berdasarkan populasi tahun 1980 di Amerika Serikat sebanyak 226,5 juta dangan rata-rata kelahiran 2,1 anak (data biro sensus Amerika menurut sensus tahun 1980)

1 komentar:

  1. Who is the best sports toto in 2021? - Sporting 100
    Here is the 토토 사이트 도메인 list of sports toto in 2021. What are the best sports toto? Sports toto in 2021: Football, Tennis, Basketball, Basketball, Soccer, Tennis,

    BalasHapus